Evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Aktivitas belajar perlu
diadakan evaluasi, hal ini penting karena dengan evaluasi kita dapat mengetahui
apakah tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak. Melalui
eavaluasi dapat diketahui kemajuan-kemajuan belajar yang dialami oleh anak,
dapat ditetapkan keputusan penting mengenai apa yang telah diperoleh dan
diketahui anak serta dapat merencanakan apa yang seharusnya dilakukan pada
tahap berikutnya.
Hasil belajar ideal meliputi segenap psikologis yang berubah sebagai
akibat pengalaman dan proses belajar siswa namun pengungkapan perubahan tingkah
laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid sangat sulit. Hal itu
disebabkan perubahan hasil belajar itu yang bersifat intangible (tak dapat
diraba). Oleh karena itu yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya
mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan
dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa baik yang
berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.
A.
Evaluasi dan Prestasi Belajar
1. Pengertian Evaluasi
dan Hubungan dengan Pengukuran
Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat
keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu program.
Padanan kata evaluasi adalah assessment yang menurut Tadff (1989) berarti
proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan.[1]
Evaluasi pada dasarnya adalah memberikan
pertimbangan atau harga nilai berdasarkan kriteria tertentu, untuk mendapatkan
evaluasi yang meyakinkan dan objektif dimulai dari informasi-informasi kuantitatif dan kualitatif. Instrumennya
(alatmya) harus cukup sahih, kukuh, praktis, dan jujur.[2]
Istilah evaluasi sering dikacaukan dengan pengukuran. Keduanya
memang ada kaitan yang erat, tetapi sebenarnya mengandung titik beda.
Pengertian pengukuran mencakup segala cara untuk memperoleh informasi yang
dapat dikuantifikasikan, baik dengan tes maupun dengan cara-cara lain.
Sedangkan pengertian evaluasi menekankan penggunaan informasi yang diperoleh
dengan pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat
keputusan-keputusan pendidikan.[3]
Dalam kaitan ini ada dua istilah yang hampir
sama tetapi berbeda, yaitu “penilaian” dan “pengukuran”. Pengertian pengukuran
terarah kepada tindakan atau proses untuk menentukan kuantitas sesuatu, karena
itu biasanya diperlukan alat bantu. Sedangkan penilaian atau evaluasi terarah
pada penentuan kualitas atau nilai sesuatu.
Walaupun terdapat perbedaan, kedua hal
tersebut tak dapat dipisahkan karena berhubungan erat. Pelaksanaan penilaian terlebih dahulu harus didasarkan atas pengukuran-pengukuran. Sedangkan sebaliknya, pengukuran-pengukuran
tidak akan berarti bila tidak dihubungkan dengan penilaian. Misalnya Ahmad
mendapat skor mentah 90 (pengukuran), kemudian berdasarkan kriteria tertentu,
maka Ahmad mendapat nilai “A”
(penilaian).
Evaluasi tidak boleh dilakukan dengan
sekehendak hati guru, anak didik yang cantik diberikan nilai tinggi dan anak
didik yang jelek atau kurang cantik diberikan nilai rendah. Evaluasi dilakukan
dengan pertimbangan-pertimbangan yang arif dan bijaksana, sesuai dengan hasil
kemajuan belajar yang ditunjukkan oleh anak didik.
Dengan demikian, evaluasi adalah suatu
tindakan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang arif dan bijaksana untuk
menentukan nilai sesuatu, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.[4]
2. Tujuan dan Fungsi
Evaluasi dalam Pembelajaran
Tujuan evaluasi adalah suatu kegiatan yang
disengaja dan bertujuan. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan sadar oleh guru dengan tujuan memperoleh kepastian mengenai keberhasilan belajar anak ddik dan memberikan masukan
kepada guru mengenai yang dia lakukan dalam pengajaran. Dengan kata lain
evaluasi yang dilakukan guru bertujuan untuk mengenai bahan-bahan pelajaran
yang disampaikannya sudah dikuasai atau belum oleh anak didik, dan apakah
kegiatan pengajaran yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut Sudirman, tujuan penilaian dalam
belajar mengajar adalah:
a.
Mengambil keputusan
tentang hasil belajar,
b.
Memahami anak didik,
dan
c.
Memperbaiki dan
mengembangkan program pengajaran.
Kemudian pengambilan keputusan tentang hasil
belajar merupakan suatu keharusan bagi seorang guru agar dapat mengetahui
berhasil tidaknya anak didik dalam proses belajar mengajar. Ketidakberhasilan
proses belajar mengajar disebabkan antara lain oleh:
a.
Kemampuan anak didik
yang rendah,
b.
Kualitas materi
pelajaran tidak sesuai dengan tingkat usia anak,
c.
Jumlah bahan pelajaran
terlalu banyak sehingga tidak sesuai dengan waktu yang diberikan, dan
d.
Kompenen proses
belajar mengajar yang kurang sesuai dengan tujuan.
Dengan demikian yang
tujuan evaluasi adalah untuk memperbaiki cara belajar mengajar, mengadakan perbaikan
dan pengayaan bagi anak didik, serta menempatkan anak didik pada situasi
belajar mengajar yang lebih tepat sesusai dengan tingkat kemampuan yang
demikiannya.[5]
Tujuan evaluasi dapat
dilihat dari dua segi, tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan umum:
1)
Mengumpulkan data-data
yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
2)
Memungkinkan pendidik/
guru menilai aktivitas/ pengalaman yang didapat.
3)
Menilai metode
mengajar yang dipergunakan.
b. Tujuan khusus:
1)
Merangsang kegiatan
siswa,
2)
menemukan sebab-sebab
kemajuan atau kegagalan.
3)
Memberikan bimbingan
yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.
4)
Memperoleh bahan
laporan tentang perkembangan siswa yang diperlakukan orang tua dan lembaga
pendidikan.
5)
Memperbaiki mutu
pelajaran/ cara belajar/ cara belajar dan metode mengajar.[6]
Evaluasi siswa
mempunyai enam tujuan utama :
a. Umpan balik
bagi siswa,
b. Umpan balik
bagi guru,
c. Informasi
bagi orang tua,
d. Informasi
bagi orang tua,
e. Informasi
untuk pemilihan dan pemberian sertifikat,
f. Informasi
untuk akuntanbilitas, dan
g. Intentif
untuk meningkatkan upaya siswa.
Fungsi evaluasi adalah
mutlak dilakukan dan merupakan kewajiban bagi setiap guru. Kewajiban bagi
setiap guru karena pada akhirnya guru harus dapat memberikan informasi kepada
lembaganya ataupun kepada anak didik itu sendiri, bagaimana dan sampai dimana
penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai anak didik tentang materi dan
keterampilan-keterampilan mengenai mata ajaran yang telah diberikannya.
Evaluasi tidak bisa
dipisahkan dari kegiatan pengajaran, maka bagi guru mutlak harus mengenai
fungsi evaluasi. Sehingga mudah menerapkannya untuk menilai keberhasilan
pengajaran.[7]
Dalam kaitannya
kegiatan belajar mengajar evaluasi mempunyai fungsi sangat penting, yaitu:
a. Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar
untuk memperbaiki program bagi murid,
b. Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan
taua hasil belajar dan setiap murid. Antara lain digunakan dalam rangka
pemberian laporan kemajuan belajar murid kepada orang tua, penentuan lulus
tidaknya seorang
murid,
c. Untuk menentukan murid didalam situasi belajar
mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh murid,
d. Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan
lingkungan) murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat
dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang
timbul.[8]
Selain itu, Wayan
Nurkancana, dkk. Juga merumuskan masalah fungsi evaluasi ini. Menurut mereka
evaluasi dalam bidang pendidikan dan pengajaran mempunyai beberapa fungsi,
yaitu:
a. Untuk mengetahui taraf kesiapan anak didik untuk menempatkan
suatu pendidikan tertentu.
b. Untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah
dicapai proses pendidikan yang telah dilaksanakan.
c. Untuk mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang
diajarkan dapat dilanjutkan dengan bahan yang baru atau harus diulang kembali.
d. Untuk mendapatkan bahan-bahan informasi dalam
memberikan bimbingan tentang jenis pendidikan atau jenis jabatan yang cocok
untuk anak tersebut,
e. Untuk mendapatkan bahan-bahan informasi yang
menentukan apakah seorang anak dapat dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi atau
harus mengulang dikelas semula,
f. Untuk membandingkan apakah prestasi yang dicapai anak
didik sudah sesuai dengan kapasitasnya atau belum,
g. Untuk menafsirkan apakah anak telah cukup matang untuk
dilepaskan kedalam masyarakat atau untuk melanjutkan ke lembaga pendidikan yang
lebih tinggi, dan
h. Untuk mengetahui taraf efisiensi metode yang digunakan
dalam lapangan pendidikan.[9]
3.
Jenis dan Teknik Evaluasi
1. Jenis- jenis evaluasi
a.
Evaluasi Formatif
adalah evaluasi yang dilaksanakan setiap kali selesai mempelajari suatu unit
pelajaran tertentu. Bermanfaat sebagai alat penilaian proses belajar mengajar
suatu unit bahan pelajarn tertentu. Hal-hal yang berhubungan dengan masalah
evaluasi formatif ialah sebagai berikut:
1) Penilaian dilakukan pada akhir setiap satuan
pelajaran,
2) Penilaian formatif bertujuan sejauh mana tujuan
instruksional khusus (TIK) pada setiap satuan pelajaran yang telah dicapai,
3) Penilaian formatif dilakukan dengan mempergunakan tes
hasil belajar, kuesioner, ataupun cara lainnya yang sesuai.
4) Siswa dinilai berhasil dalam penilaian formatif jika
mencapai taraf penguasaan sekurang-kurangnya 75% dari tujuan yang oingin
dicapai.
b.
Evaluasi Subsumatif/
Sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan setelah beberapa satuan pelajarn
yang diselesaikan, dilakukan oleh perempat atau tengah semester. Sedangkan
evaluasi submatif ialah penilaian yang dilaksanakan setiap akhir pengajaran
suatu program atau sejumlah unit pelajaran tertentu. Evaluasi sumatif
bermanfaat untuk menilai hasil pencapaian siswa terhadap tujuan suatu program
pelajaran dalam suatu periode tertentu, seperti semerter atau akhir pelajaran.
c.
Evaluasi kokurikuler
adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran yang telah dijatahkan
dalam struktur program, berupa penugsan-penugasan atau pekerjaan rumah yang
menjadi pasangan kegiatan intrakulikuler. Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa
lebih mendalami dan menghayati apa yang dipelajari dalam kegiatan
intrakulikuler.
d.
Evaluasi
ekstrakulikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran, yang dilakukan disekolah
ataupun diluar sekolah. Kegiatan ini maksudkan untuk memperluas pengetahuan
siswa, mengenal hubungan anatara berbagai mata pelajaran atau bidang
pengembangan, menyalurkan bakat dan minat yang menunjang pencapaian tujuan
instruksional, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ini
dilakukan secara berkala pada waktu tertentu.[10]
2. Teknik Evaluasi
Dalam pelaksanaanya, evaluasi dapat ditempuh
melalui dua cara, yaitu teknik tes dan non tes.
a. Teknik Tes:
1. Tes
tertulis,
2. Tes lisan,
dan
3. Tes
perbuatan.
b. Teknik
Non tes
1. Angket,
2. Wawancara/interview,
3. Observasi,
dan
4. Kuesioner
atau inventory.
4. Syarat Alat Evaluasi
Sebuah instrumen evaluasi hasil
belajar hendaknya memenuhi syarat sebelum di gunakan untuk mengevaluasi atau
mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak valid
(tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat
mengakibatkan hasil penilaian menjadi bias atau tidak sesuainya hasil penilaian
dengan kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh anak yang pintar dinilai tidak
mampu atau sebaliknya.
Jika terjadi demikian
perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen yang digunakan menilai sudah
sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen.
Instrumen Evaluasi
yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara lain :
a.
Reliabilitas, secara sederhana reliabilitas berati hal
tahan uji atau dapat dipercaya. Sebuah alat evaluai dipandang reliabel atau
tahan uji, apabila memiliki konsistensi atau keajekan hasil. Artinya, apabila
alat itu diujikan kepada kelompok siswa pada waktu tertentu menghasilkan
prestasi “X”, maka prestasi yang sama atau hampir sama dengan “X” itu dapat
pula dicapai kelompok siswa tersebut setelah diuji ulang dengan alat yang sama
pada waktu yang lain.
b.
Validitas. Pada prinsipnya, validitas (validity) berarti
keabsahan atau kebenaran. Sebuah alat evaluasi dipandang valid (absah) apabila
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Contohnya, apabila sebuah alat evaluasi
bertujuan mengukur prestasi belajar matematika, maka item-item (butir-butir
soal) dalam alat itu hendaknya hanya direkayasa untuk mengukur kemampuan
matematis para siswa. Kemampuan-kemampuan lainnya yang tidak relevan, seperti
kemampuan dalam bidang bahasa, IPS, dan sebagainya tidak perlu diukur oleh
instrumen evaluasi matematika tersebut.
Persyaratan lain
seperti objektif, diskriminatif, dan sebagainya dikemukakan oleh kebanyakan
penyusun buku psikologi pendidikan , mengingat secara implisit, telah termasuk
dalam dua macam syarat di atas.[11]
Mengenai uraian pembahasan di atas terdapat beberapa tanggapan
berkaitan dengan syarata alat evaluasi dari segi validitasnya yaitu Pertanyaan
untuk validity timbul apabila suatu test mengukur terlalu sempit satu aspek
dari kemampuan, atau waktu mengukur kualitas yang berbeda dari kualitas yang
berbeda dari keahlian atau pembawaan. Dengan kata lain validity bergantung pula
pada bagaimana test dilaksanakan dan bagaimana test ditafsirkan.
Hal-hal yang sangat penting untuk dikerjakan adalah untuk mendidik
guru-guru dalam menggunakan test. Hal penting lainnya ialah untuk memperbaiki
test-test standar yang ada supaya lebih reliable dan lebih valid. Walter N.
Durost: Banyak bukti yang menyatakan bahwa hasil-hasil dari test seringkali
dikacaukan oleh pengadministrasian yang buruk yang disebabkan oleh persiapan
yang kurang teliti. Sebagian dari jawaban persoalan ini terletak dalam
persoalan-persoalan melakukan latihan dan sebagian lagi ialah soal sikap dari
orang-orang administratif.
Jadi ternyata bahwa persoalan test validity tak seluruhhnya memajukan
testnya. Juga tersangkut persoalan-persoalan lain seperti perkembangan
pemeliharaan dari moral diantara guru-guru dan perkembangan hubungan demokrasi
antara guru-guru dan pegawai administrasi. Dari apa yang dikatakan Durost
terbukti bahwa guru-guru membutuhkan suatu latihan dalam menggunakan test,
tetapi apabila keputusan untuk membuat latihan semacam itu tanpa bantuan
guru-guru sedikit sekali hasil-hasil praktis akan tercapai.[12]
5. Strategi Evaluasi
dari Berbagai Ranah Psikologis
Evaluasi psikoedukasi, baik
pada anak, remaja, ataupun dewasa pada dasarnya akan menyentuh tiga ranah
psikologis. Yaitu ranah cipta (kognitif), ranah rasa (afektif), dan ranah karsa
(psikomotor).
a.
Evaluasi
Prestasi Kognitif
Mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi
kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes
tertulis maupun tes lisan dan perbuatan. Karena semakin membengkaknya jumlah
siswa-siswa di sekolah, tes lisan dan perbuatan saat ini semakin jarang
digunakan. Alasan lain mengapa tes lisan khususnya kurang mendapat perhatian
ialah karena pelaksanaannya yang face to face (berhadapan langsung). Cara ini,
konon dapat mendorong penguji untuk bersikap kurang fair terhadap si teruji/peserta
didik tertentu.
Dampak negatif yang terkadang muncul dalam tes
yang face to face itu, ialah sikap dan perlakuan penguji yang subjektif dan
kurang adil, sehingga soal yang diajukan pun tingkat kesukarannya berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Di satu pihak ada siswa yang diberi soal yang
mudah dan terarah (sesuai dengan topik) sedangkan di pihak lain ada pula siswa
yang ditanyai masalah yang sukar bahkan terkadang tidak relevan dengan topik.
Untuk mengatasi masalah subjektivitas itu, semua
jenis tes tertulis baik yang berbentuk subjektif maupun yang berbentuk objektif
(kecuali tes B-S), seyogjanya dipakai sebaik-baiknya oleh para guru. Namun
demikian, apabila anda menghendaki informasi yang lebih akurat mengenai
kemampuan kognitif siswa, selain tes B-S, tes pilihan berganda juga sebaiknya
tidak digunakan. Sebagai gantinya, anda sangat dianjurkan untuk menggunakan tes
pencocokan (matching test), tes isian, dan tes esai. Khusus untuk
mengukur kemampuan analisis dan sistesis siswa, anda lebih dianjurkan untuk
menggunakan tes esai, karena tes ini adalah ragam instrument evaluasi yang dipandang
paling tepat untuk mengevaluasi dua jenis kemampuan akal siswa tadi.
b.
Evaluasi
Prestasi Afektif
Dalam merencanakan penyusunan instrument tes
prestasi siswa yang berdimensi afektif (ranah rasa) jenis-jenis prestasi
internalisasi dan karakterisasi sebaiknya mendapat perhatian khusus. Karena
kedua jenis prestasi ranah rasa itulah yang lebih banyak mengendalikan sikap
dan perbuatan siswa.
Salah satu bentuk tes ranah rasa yang populer
ialah likert scale yang tujuannya untuk mengidentifikasi kecenderungan atau
sikap orang. Bentuk skala ini menampung pendapat yang mencerminkan sikap sangat
setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Rentang skala
ini diberi skor 1 sampai 5 atau 1 sampai 7 bergantung kebutuhan dengan catatan
skor-skor itu dapat mencerminkan sikap-sikap mulai sangat “ya” sampai sangat “tidak”.
Perlu pula dicatat, untuk memudahkan identifikasi jenis kecenderungan afektif
siswa yang representatif item-item skala sikap sebaiknya dilengkapi dengan label/identitas
sikap yang meliputi:
a.
Doktrin, yaitu pendirian,
b.
Komitmen (ikrar) untuk melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan,
c.
Penghayatan (pengalaman batin), dan
d.
Wawasan, pandangan, atau cara memandang sesuatu.
Hal lain yang perlu diingat guru yang hendak menggunakan skala sikap
ialah bahwa dalam evaluasi ranah rasa yang dicari bukanlah benar dan salah,
melainkan sikap atau kecenderungan, setuju atau tidak setuju. Jadi, tidak sama
dengan evaluasi ranah cipta yang secara principal bertujuan mengungkapkan kemampuan
akal dengan batasan salah dan benar.
c.
Evaluasi
Prestasi Psikomotor
Cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi
keberhasilan belajar yang berdimensi ranah psikomotor (ranah karsa) adalah observasi.
Dalam hal ini observasi dapat diartikan sebagai sejenis tes mengenai peristiwa,
tingkah laku, atau fenomena lain dengan pengamatan langsung. Namun, observasi
harus dibedakan dengan eksperimen, karena eksperimen pada umumnya dipandang
sebagai salah satu cara observasi.
Guru yang hendak melakukan observasi perilaku
psikomotor siswanya hendaklah mempersiapkan langkah-langkah yang cermat dan
sistematis menurut pedoman yang terdapat dalam lembar format observasi yang sebelumnya
telah disediakan baik oleh sekolah maupun oleh guru itu sendiri.[13]
6. Aplikasi Evaluasi
Prestasi Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap
ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar
siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu,
khususnya ranah murid sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar
itu bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat
dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah
laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang
terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun
yang berdimensi karsa.
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa
sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator
(penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak
diungkapkan atau diukur. Berikut tabel panjang mengenai kunci pokok dalam
mengguanakan alat evaluasi yang dipandang tepat, reliabel, dan valid.
Tabel 1.
Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi
No.
|
Ranah/ Jenis Prestasi
|
Indikator
|
Cara Evaluasi
|
1.
|
Ranah
Cipta (Kognitif)
· Pengamatan
|
1. Dapat
menunjukkan
2. Dapat
membandingkan
3. Dapat
menghubungkan
|
1. Tes lisan
2. Tes
tertulis
3. Observasi
|
· Ingatan
|
1. Dapat
menyebutkan
2. Dapat
menunjukkan kembali
|
1. Tes lisan
2. Tes
tertulis
3. Observasi
|
|
· Pemahaman
|
1. Dapat
menjelaskan
2. Dapat
mengidentifikasi dengan lisan sendiri
|
1. Tes lisan
2. Tes
tertulis
|
|
· Penerapan
|
1. Dapat
memberikan contoh
2. Dapat
menggunakan secara tepat
|
1. Tes
tertulis
2. Pemberian
tugas
3. Observasi
|
|
· Analisis
(pemeriksaan dan pemilihan secara teliti)
|
1. Dapat
menguraikan
2. Dapat
mengklasifikasikan
|
1. Tes
tertulis
2. Pemberian
tugas
|
|
· Sintesis
(membuat paduan baru dan utuh)
|
1. Dapat
menghubungkan
2. Dapat
menyimpulkan
3. Dapat
menggeneralisasikan
|
1. Tes
tertulis
2. Pemberian
tugas
|
|
2.
|
Ranah Rasa
(Afektif)
· Penerimaan
|
1. Menunjukkan
sikap menerima
2. Menunjukkan
sikap menolak
|
1. Tes
tertulis
2. Tes skala
sikap
3. Observasi
|
· Sambutan
|
1. Kesediaan
berpartisipasi
2. Kesediaan
memanfaatkan
|
1. Tes skala
sikap
2. Pemberian
tugas
3. Observasi
|
|
· Apresiasi
(sikap menghargai)
|
1. Menganggap
penting dan bermafaat
2. Menganggap
indah dan harmonis
3. Mengagumi
|
1. Tes skala
sikap
2. Pemberian
tugas
3. Observasi
|
|
· Internalisasi
(pengalaman)
|
1. Mengakui
dan meyakini
2. Mengingkari
|
1. Tes skala
sikap
2. Pemberian
tugas yang ekspresif dan proyektif.
|
|
· Karakterisasi
(penghayatan)
|
1. Melembagakan
atau meniadakan
2. Menjelmakan
dalam pribadi dan perilaku sehari-hari
|
1. Pemberian
tugas ekspresif dan proyektif
2. Observasi
|
|
3.
|
Ranah
karsa (Psikomotor)
· Keterampilan
bergerak dan bertindak
|
1. Mengkoordinasikan
gerak mata, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya
|
1. Observasi
2. Tes
tindakan
|
· Kecakapan
ekspresi verbal dan nonverbal
|
1. Mengucapkan
2. Membuat
mimik dan gerakan jasmani
|
1. Tes lisan
2. Observasi
3. Tes
tindakan
|
[1]Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, ( Bandung: Remaja rosda karya, 1995), h.
141.
[2]Syaiful Bahri
Djamarah,Guru dan Anak Didik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), h. 245.
[3]Abu Ahmadi, Psikologi
Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), h. 187.
[4]Syaiful Bahri
Djamarah……………..Ibid., h. 246.
[5] Ibid., h.
246-247.
[6]Abu
Ahmadi……………Ibid., h. 189.
[7] Syaiful Bahri
Djamarah………….Ibid., h. 248.
[8]Abu
Ahmadi………………..Ibid., h. 189-190.
[9] Syaiful Bahri
Djamarah…………….Ibid., h. 250.
[10] Syaiful Bahri
Djamarah…………………Ibid., h. 256.
[11] Muhibbin Syah,
Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1995), hal. 145-146.
[12] Kostoer
Partowisastro, Dinamika Dalam Psikologi Pendidikan, (Jakarta Pusat:
Erlangga, 1983), hal. 109-110.
[13] Muhibbin Syah,
Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung, Remaja Rosda
Karya, 1995), hal. 154-157.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar